Anak Muda Peduli Lingkungan: Aksi Penanaman 10.000 Pohon oleh Pelajar Indonesia

Anak Muda Peduli Lingkungan: Aksi Penanaman 10.000 Pohon oleh Pelajar Indonesia

AshefaNews – Ada satu pemandangan yang masih membekas kuat dalam ingatanku: barisan pelajar berseragam, berdiri di bawah matahari pagi, tangan mereka menggenggam bibit pohon, dan senyum merekah di wajah-wajah muda itu. Di tengah segala hiruk-pikuk kehidupan digital, aku menyaksikan sendiri bagaimana anak muda peduli lingkungan bukan sekadar slogan kosong. Mereka benar-benar turun tangan, menanam kehidupan baru untuk bumi yang mulai renta.

Sebuah Gerakan yang Lahir dari Kepedulian

Ketika Generasi Muda Menjawab Panggilan Alam

Aku hadir di salah satu lokasi penanaman pohon di Jawa Barat, tempat di mana ratusan pelajar berkumpul sejak pagi hari. Mereka tidak membawa spanduk besar atau berteriak-teriak di jalanan. Sebaliknya, mereka membawa cangkul, semangat, dan kesadaran bahwa perubahan dimulai dari tanah yang mereka pijak.

Gerakan ini bukan hasil paksaan sekolah atau sekadar proyek tahunan. Ini muncul dari obrolan kecil antarpelajar, keresahan mereka melihat berita bencana ekologis, dan diskusi-diskusi hangat tentang masa depan bumi. Dari sanalah, benih gerakan ini tumbuh secara harfiah dan maknawi.

Penanaman Pohon oleh Pelajar: Menanam Lebih dari Sekadar Bibit

Akar yang Tumbuh dari Tanggung Jawab

Kita sering berpikir bahwa tugas menyelamatkan lingkungan hanya milik aktivis atau pejabat tinggi. Tapi aku belajar sesuatu dari mereka para pelajar yang dengan tangan kotornya tetap tersenyum puas setelah menanam satu pohon. Bagi mereka, pohon bukan sekadar tumbuhan. Pohon adalah janji. Janji bahwa mereka tak ingin tinggal diam di tengah krisis iklim yang kian nyata.

Dalam penanaman pohon oleh pelajar ini, ada nilai yang jauh lebih besar daripada jumlah bibit. Setiap pohon adalah lambang tanggung jawab. Tanggung jawab untuk menjaga alam, untuk berpikir jangka panjang, dan untuk tidak egois terhadap generasi mendatang.

Aksi Tanam Pohon 2025: Antara Semangat dan Harapan

Aku menyaksikan bahwa aksi tanam pohon 2025 bukan hanya soal target angka 10.000 pohon. Ini adalah tentang proses membangun kesadaran kolektif. Mulai dari mengenali jenis tanah, memilih bibit yang cocok, hingga memahami cara merawat pohon di musim kering. Pelajar dilatih bukan hanya dengan teori, tapi langsung diajak berinteraksi dengan alam.

Dan yang membuatku terharu, mereka melakukannya tanpa pamrih. Tidak ada kamera televisi, tidak ada panggung mewah. Hanya mereka, alam, dan harapan dalam diam.

Kolaborasi Reboisasi: Ketika Semua Pihak Turun Tangan

Gotong Royong yang Menyentuh

Aku melihat betapa hebatnya gerakan ini karena ia tidak berdiri sendiri. Pemerintah setempat memberi dukungan logistik, komunitas lingkungan menyediakan pelatihan, dan orang tua membantu menyumbangkan bibit. Semua bersatu, bukan karena kepentingan politik, tapi karena cinta pada bumi ini. Itulah bentuk gotong royong yang sesungguhnya.

Salah satu sekolah di Sumatera bahkan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan NGO lokal untuk memperluas cakupan aksi hingga ke wilayah pesisir, tempat abrasi makin parah. Ini bukan hanya soal hutan, tapi juga soal pelestarian lingkungan secara menyeluruh.

Dukungan Resmi yang Makin Kuat

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyambut baik aksi ini dan menyatakan dukungannya secara terbuka. Dalam situs resminya (KLHK.go.id), mereka menekankan pentingnya peran generasi hijau dalam proses reboisasi nasional.

Bahkan, beberapa sekolah yang aktif melakukan program tanam pohon mulai dimasukkan ke dalam nominasi “Sekolah Adiwiyata Nasional”, program yang memang berfokus pada edukasi berwawasan lingkungan.

Menanam Harapan, Merawat Masa Depan

Dampak Nyata dari Aksi Tanam Pohon 2025

Aku tak bisa menyembunyikan rasa kagum ketika mendengar laporan dari salah satu koordinator kegiatan. Dalam waktu 3 bulan, dari total 10.000 pohon yang ditanam, sekitar 85% di antaranya berhasil tumbuh dengan baik. Pohon-pohon itu bukan hanya menghijaukan lahan kosong, tapi juga membantu mencegah longsor, mengurangi banjir, dan menyediakan udara bersih.

Bayangkan jika aksi ini direplikasi di seluruh Indonesia. Jika satu sekolah bisa menanam 100 pohon, maka ratusan ribu sekolah bisa menciptakan hutan baru. Ini bukan mimpi. Ini langkah konkret menuju perubahan.

Aku, Kamu, dan Kita Semua Bisa Terlibat

Tulisan ini bukan hanya tentang mereka yang sudah beraksi. Ini juga untuk kamu yang membaca dan mungkin bertanya-tanya, “Apa yang bisa aku lakukan?” Jawabannya sederhana: mulai dari satu pohon. Atau bahkan, mulai dari satu keputusan untuk peduli.

Aku yakin bahwa perubahan tidak harus spektakuler. Bahkan langkah paling kecil, jika dilakukan bersama, akan menggerakkan sesuatu yang besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *